Setiap tahun, momen Lebaran identik dengan kebahagiaan, berkumpul bersama keluarga, dan tentu saja menerima Tunjangan Hari Raya (THR). Namun, bagi sebagian warganet, Lebaran 2025 justru terasa pahit. Pasalnya, mereka mengaku THR yang diterima habis dalam waktu singkat akibat bermain slot online.
THR yang Seharusnya Membahagiakan, Justru Membawa Penyesalan
Salah satu warganet, Dedi (nama samaran), menceritakan pengalamannya melalui media sosial. Awalnya, ia hanya iseng mencoba permainan slot setelah melihat iklannya di sebuah platform digital. Ia berpikir, dengan mencoba sedikit uang, ia bisa mendapat untung cepat. Namun kenyataannya berbeda.
“Awalnya cuma Rp100 ribu, lalu tambah-tambah terus. Nggak sadar, THR Rp2 juta hilang semua,” tulisnya.
Selain itu, seorang pengguna lain bernama Rina juga mengalami hal serupa. Ia sempat menang di awal dan merasa tertantang untuk bermain lebih jauh. Karena itu, ia terus menambah deposit dengan harapan bisa menggandakan uang THR. Sayangnya, hasilnya malah sebaliknya. Seluruh uang yang ia simpan untuk keperluan Lebaran ludes, bahkan ia sampai harus meminjam uang demi menutupi kebutuhan keluarga.
Dengan demikian, fenomena ini bukan kasus tunggal. Justru, banyak warganet lainnya turut membagikan kisah serupa. Mereka mengaku awalnya tergoda oleh iklan dan bonus besar yang ditawarkan oleh situs slot online. Apalagi, di momen menjelang Lebaran, iklan-iklan tersebut lebih gencar muncul di media sosial.
Oleh karena itu, pemain sering merasa ingin terus mencoba meski sebenarnya terus mengalami kerugian.
“Game seperti ini memicu pelepasan dopamin. Orang merasa senang saat menang, meskipun hanya sebentar,” jelasnya.
Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus berupaya memblokir situs-situs judi online. Meski begitu, situs baru kerap muncul dengan nama berbeda. Maka dari itu, masyarakat diminta tetap waspada dan aktif melaporkan jika menemukan aktivitas mencurigakan.
Langkah Pemerintah dan Bahaya Situs Ilegal
Lebaran Pahit Lebih lanjut, kasus-kasus seperti ini memperlihatkan pentingnya edukasi finansial, khususnya dalam mengelola THR. Alih-alih digunakan untuk hal produktif, THR justru banyak yang habis sia-sia akibat keputusan impulsif.
Sebagai pelajaran, para korban kini menyuarakan penyesalan mereka di media sosial. Harapannya, orang lain tidak mengikuti jejak yang sama.
“Semoga kisah saya bisa jadi peringatan. Jangan coba-coba main slot pakai uang THR,” tulis salah satu dari mereka.
Kesimpulannya, penggunaan THR harus direncanakan dengan matang. Meskipun godaan datang dari berbagai arah, kita tetap perlu bijak. Lebaran seharusnya menjadi momen penuh makna, bukan penyesalan.